Kamis, 09 Juli 2015

Curhat

Sebenarnya saat ini saya sedang ditodong sejumlah tugas dan laporan kuliah… Masih nyempatin nulis Curhat??! Ya, kebetulan ini jam istirahat dan kebetulan hantu rindu menulis di blog menghampiri saya… Hahahaaa (berlebihan?) ^^
Langsung aja ke cerita ya…
beberapa hari yang lalu saya lagi ga mood ngomong (N.B : sebelumnya ga pernah terlibat dengan mood-mood an ya, ONLY YESTERDAY!). Kebetulan di saat penyakit "gila" itu datang, saya berhadapan dengan orang yang membuat saya tak enak hati. Malesss banget kan ngomonginnya. Ego dan perasaan tak nentu campur aduk. Teman dekat saya sebut saja namanya Mawar, hahaha, nantangin aku untuk berkomunikasi dengan si dia. Ego yang tinggi yang dilahirkan si nyonya iblis membuat aku mencari-cari kesalahan si dia yang pernah buat aku tidak enak hati itu dan kesalahannya menjadi alasan aku menahan diri untuk berbicara dengan ramah kepadanya. Akhirnya… Kekerasan hatiku runtuh oleh ucapan Mawar, "Des, kau anak Tuhan. Kau percaya sama Yesus, kau ga boleh gitu! Kalau ada orang yang mencaci maki kau, kau balas juga gitu?" Taaarrr!!! Aku seperti merasakan tamparan. Mawar ga pernah ngomong gitu. Aku juga merasa terpukul, saat orang yakin aku percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatku, kenapa aku malah menghadirkan sikap yang tidak menunjukkan hal itu. Begitu Mawar berkata sedemikian, meski berat akhirnya aku mulai berbicara kepada si dia. Ternyata ia memberikan reaksi yang positif dan bersahabat. 
Guys… mungkin kamu juga seperti aku. Ada-ada aja orang yang buat kamu sakit. Tetapi kalau kita mengaku sebagai anak Yesus, kita harus menunjukkan sikap yang kita teladani dari-Nya. Coba kita bayangkan Tuhan sudah mengampuni kita tapi mengapa kita sulit mengampuni sesama? Tidakkah dosa kita sungguh melukai hati Pencipta namun setitik noda yang diperlakukan sesama kita kepada kita, kita malah menahan diri untuk memaafkannya?!
Setiba di kos, aku menangis, Berdoa agar. Tuhan membantu aku mengatasi konflik antara aku dengan diriku sendiri sampai aku tak bisa berbuat ramah, kasih kepada si dia.
Saat itu juga aku teringat dengan kisah Yesus membasuh kaki murid-Nya. Bukankah suatu tindakan yang sangat menyentuh, Yesus tidak memandang status-Nya tetapi merendah untuk membasuh kaki murid-Nya itu. 
Sungguh aku sangat berterimakasih Tuhan menegurku dan kembali mengingatkanku akan teladan yang Ia tinggalkan. Saat ini dan di hari-hari yang masih Tuhan percayakan untukku, aku mau berjuang untuk bisa berbuat sesuatu yang menyenangkan hati Tuhan termasuk berbuat baik kepada si dia. :-D
Tegurlah aku dengan kasih jika jalanku mulai bergeser dari kehendak-Nya.


@-}--